Entah ini kali yang keberapa sosok itu menyapaku dalam lelap.
Pagi ini dia kembali lagi, di antara aroma subuh, sebelum helai-helai fajar disingkap oleh pagi, mengawali geliat kehidupan. Aku selalu menyukai hadirnya. Walau hanya dalam semerbak bayang-bayang dan pula itu kada melenakan aku untuk segera terjaga dan bangkit merangkai hidup yang sesungguhnya.
Aku tak tahu mengapa aku begitu menyenangi hadirnya dalam mimpiku. Mungkin, karena aku pernah berharap mendapatkan kekasih seperti dirinya. Yah...bisa jadi. Dan bisa jadi pula karena terkadang hatiku diam-diam melukis rindu dalam lembaran khayalku. Dan rindu itu ternyata untuknya.
Aku tak bisa menyalahkan perasaan dan menderanya dengan logika-logika. Karena sesalah bagaimanapun dia di mata orang, dia tetaplah benar untuk dirinya sendiri, walaupun tak jarang dia menjadi tak logis. Tapi itulah perasaan, yang ibarat anak kecil yang polos, akan pasti menangis ketika kau menghakiminya.
Dulu, sebelum kami merasa terpisah seperti ini, tak jarang kami berbagi kisah dan menyulam harapan.
"Aku mengharapkan seseorang yang bisa memberikan aku perhatian padaku. Yang bisa aku ajak berbagi. Bukan orang yang cuek, tanpa perhatian"
Begitulah dia biasa mencurahkan isi hatinya padaku. Dan aku tak perlu bercuap panjang lebar tentang harapanku
"Sama. Aku juga berharapa seperti itu" Harapan yang sangat singkat, tapi padat untuk membentuk suatu hubungan. Aku menatap kelopak matanya dalam-dalam sambil melukis senyum berdua.
"Ahhhhh...!!!! tidak kah kau tahu, bahwa segala yang aku harapkan ternyata telah ada di dalam dirimu." Bisikku dalam hati. Mendiam dalam kekaguman. Walau kadang terselip canda, tapi tidakkah kau merasa bahwa tiap kata yang aku ucap kala itu, yang ada hanyalah kesungguhan rasa. Aku sudah legah, karena aku telah berkata apa adanya, sekalipun acap kau anggap hanya canda yang ada."
Aku sadar bahwa cinta tak pernah salah. Kita tak pernah tahu kapan dia akan datang, dan kapan pula dia akan pergi. Serta di lembah hati mana dia akan terjatuh. Tetapi, ketika yang ada hanya cinta tanpa logika, maka yang lahir hanyalah keegoisan. Dan dilema itulah yang ada di antara kita. Andaikata kita terlalu menurutkan perasaan, maka sepotong hati yang lain pasti akan teriris. Dan itu adalah SAHABATMU, yang juga kekasihku.
Aku tak ingin, asaku untuk mencintaimu ternyata telah menyulap sembilu yang menancap di hatinya dalam-dalam. Maka, ku biarkanlah perasaan itu mengalah sesaat, walaupun terkadang dia masih muncul tiba, dan sayangnya aku sama sekali tak kuasa untuk mengusirnya. Semua itulah yang mungkin menjelma menjadi bayang-bayang dirimu dalam tidurku.
Pagi itu, dia kembali menyapaku. Menanya kabar sahabatnya. Tapi mengapa bayangnya tiba-tiba saja menelungkupkan wajah di kedua belah tangannya. Suaranya terisak dan tiba-tiba saja matanya berderai. Tak lama kami bercakap, karena pada waktu yang terlampau singkat, bayangnya memudar dan menghilang laksana debu tersapu angin. Dan yang ada, hanya pagi yang ku gapai. Dan juga sepotong rindu yang telah kau titip di hatiku.
Aku terbangun....
December 22, 2009
Posted in |
Cinta,
Cuap-cuapku
|
4 Comments »
4Komentar:
itu cuma sebuah teori yang mengungkap tentang mimpi, selebihnya kenapa kamu bisa memimpikan dia...pasti kamu mikirin dia sebelum tidur...cukup mengaku dan tersenyum hehehe
@ Iyan : hehehe....teorinya sih menarik, tapi kan praktekx biasa ngga harus didasarkan pada teori kan...^___^