Gooo...!!! Blog......

Setelah sempat jengkel dengan tayangan sinetron di beberapa stasiun televisi swasta akhir-akhir ini (sekarang juga masih), tadi pagi setelah melihat berita pagi, saya kembali harus geleng-geleng kepala ketika melihat info film terbaru yang sekarang lagi beredar di bioskop. Yah,,,judulnya Rintihan Kuntilanak Perawan. Kebayang nggak filmnya akan seperti apa ?

Nggak sinetron nggak film, semuanya sama aja. Sama-sama nggak jelas juntrungan dan arahnya kemana. Bukannya saya kurang kerjaan dan gila urusan, tapi saya cuma sangat prihatin dengan tayangan-tayangan yang sangat sangat sangat tidak mendidik dan cenderung terlalu matre dengan hanya mengejar keuntungan semata.

Sebenarnya film ini nggak terlalu berbeda dengan film-film horor sebelumnya yang banyak dibumbui adegan-adegan "panas" dan aktris yang sensual. Tapi film ini mendapat nilai "plus" karena dibintangi aktris hollywood. Tidak tanggung-tanggung, film yang diproduksi oleh K2K ini menggaet bintang film porno papan atas Amerika, Tera Patrick.

Siapa yang tidak bertanya-tanya coba, sebenarnya ini film horor atau film porno ?? Kenapa harus mendatangkan artis dari luar, bintang porno pula. Apakah Indonesia kekurangan aktris untuk membintangi peran yang sesuai ?? Dan selalu ketika sebuah film kontroversial seperti ini dilempar ke pasaran, pasti ada saja pihak yang disalahkan dan dijadikan kambing hitam. Baik dari pihak yang memproduksi, maupun lembaga-lembaga pemegang otoritas sebagai pengambil keputusan  apakah sebuah film layak edar atau tidak.

Sebagai orang-orang yang berkecimpun di bidang seni dan sekaligus sebagai wujud pertanggungjawaban sosial, seharusnyalah para pekerja seni itu mulai memikirkan bagaimana memproduksi tayangan-tayangan yang berkualitas, bukannya malah yang menjerumuskan. Jangan terlalu berdalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari seni dan kebebasan mengekspresikan diri.

Akan tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah kita sebagai anak bangsa harus memiliki kontrol sosial terhadap hal-hal negatif yang berpotensi merusak pikiran dan tingkah laku masyarakat, khususnya generasi muda. Jangan malah menganggap orang-orang yang protes dan prihatian itu sebagai orang begok dan gila urusan yang tidak mampu menghargai karya anak bangsa.