"What happen to you ? Kenapa telat ? Terus pake sandal pula, go out...!!"

Berondongan pertanyaan dari Pak Dosen itu tiba2 saja menghentikan langkahku yang sudah berada di ambang pintu kelasku. Bibirku keluh, tak mampu berkata apa-apa. Draft alasan yang telah aku rangkai di angkot, ternyata tak bisa direalisasikan. Aku hanya bisa tersenyum kecut sambil membalikkan badan dan menggaruk-garuk kepalaku yang sama sekali tidak gatal.

Tak mampu berkata apa-apa bukan karena aku tak punya alasan atas keterlambatanku pagi ini, keterlambatan yang cuma 10 menit dari jadwal yang sebenarnya. Dan mengapa aku tak pakai sepatu. Tapi semuanya percuma saja aku jelaskan panjang lebar ke arah Pak Dosen yang sudah terkenal kedisiplinannya se antero Fakultas Ilmu Budaya UNHAS. Semuanya akan percuma aku jelaskan karena kata-katanya pasti akan bermuara pada satu kata…”Go out..” dan setelah kepergianku, dia pasti akan bercerita panjang lebar di depan mahasiswanya, berkisah tentang orang-orang yang sering tidak disiplin dan tidak menghargai waktu.

Aku kecewa Pak…kecewa sekali pagi ini. Bukan hanya karena aku yang diusir begitu saja tanpa mendengar penjelasan dariku. Tapi aku kecewa, karena pengorbanan waktu, tenaga dan biaya buat mengikuti satu kuliah itu, ternyata tidak dihargai sama sekali. Aku menyadari aku salah kali ini karena datang terlambat plus tidak pake sepatu. Aku hanya bisa menyalahkan diri. Aku tidak bisa menyalahkan sopir angkot yang sering berhenti di pinggir jalan buat mengais rezeki. Aku tak bisa menyalahkan kota Makassar yang terlampau padat sehingga sering menimbulkan macet dan bikin saya terlambat pagi ini. Aku pula tak bisa menyalahkan cuaca yang tiba-tiba hujan dan membuat sepatuku tidak kering. Aku hanya bisa menyalahkan diri. Aku salah karena aku terlahir miskin, sehingga tak mampu membeli kendaraan yang mungkin akan membuatku datang tidak terlambat. Atau membeli sepatu yang lebih dari satu pasang sehingga masih ada cadangan sepasang ketika yang lainnya belum kering atau kehujanan.

Aku tau dan paham, komitmen adalah komitmen yang tak bisa dilanggar. Tapi kita hanya manusia biasa. Kita bukan malaikat. Kesalahan merupakan hal yang lumrah di dalam kehidupan kita. Tapi alangkah bijaksananya jika Bapak bisa mendengarkan alasan saya atas semua kesalahan dan pelanggaran yang saya lakukan. Jika tidak, maka itu sama saja Bapak menghapus sedikit demi sedikit impianku.

Tulisan Yang Berkaitan



November 20, 2009 Posted in | | 1 Comments »

1 Komentar:


..aRea waJib NgoMeL..


Silahkan ngomel yang baek2 di sini ^_*. Kalau pengen ngomelin teman yg lain, caranya ketik @ID yang diomelin, trus tulis omelan kamu di bawahnya.


Contoh:


@4827332802306653045.0
Wahhh....blognya siapa neh..?? jelek banget.. :-P